Hadirin, sidang jum’at yang Allah muliakan.
Sebelum kita lanjut setidaknya izinkan saya menyampaikan dua kabar. Pertama kabar baik, kedua kabar
buruk.
Kabar baiknya ialah : Indonesia, negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia pada tahun
2030- 2040 akan mengalami sebuah fenomena yang disebut dengan bonus demografi. Dimana Bonus
demografi merupakan sebuah kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan
usia non-produktif. dimana pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi
oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibandingkan usia non produktif. BPS (Badan Pusat Statistik)
memperkirakan jika setidaknya sekitar 64% usia produktif dari total penduduk yang diproyeksikan yakni
297 juta jiwa (BPS tahun 2020). Sehingga dengan lonjakan bonus demografi yang signifikan Indonesia
akan mengalami Perekonomian yang maju karena proses kerja menjadi cepat dan efisien dikarenakan
banyaknya usia produktif serta akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Namun kabar buruknya ialah : banyak dari orang Indonesia masih belum siap menyambut bonus
demografi. Ini dibuktikan dengan temuan penelitian yang menyatakan masih banyak rakyat Indonesia
yang belum mengenyam pendidikan. Data yang dikemukakan oleh Kementerian Dalam Negeri, jumlah
penduduk yang masuk ke perguruan tinggi atau mengenyam bangku kuliah hanya sekitar 6 persen atau
tepatnya 6,52 persen.Mengutip data Kemendagri, jumlah penduduk Indonesia yang masuk perguruan
tinggi per 31 Desember 2022 untuk tingkat D1 dan D2 sebesar 1,11 juta orang atau 0,4% dari total
penduduk Indonesia. Kemudian tingkat D3 sebanyak 3,56 juta orang atau 1,28% dan S1 sebanyak 12,44
juta orang atau 4,47%. Adapun tingkat S2 sebanyak 882.113 orang atau 0,31% dan S3 hanya 63.315
orang atau 0,02%.
Sementara itu, mayoritas penduduk Indonesia yang tidak atau belum sekolah jumlahnya sebanyak 66,07
juta orang atau sekitar 23,78% dari total penduduk Indonesia. Lalu, belum tamat SD sebanyak 30,89 juta
orang atau 11,12%, tamat SD sebanyak 64,3 juta orang atau 23,15%, SMP 40,21juta orang atau 14,47%,
dan SMA sebanyak 58,57 juta orang atau 21,08%.
Hal ini diperparah dengan buruknya minat baca masyarakat kita. Berdasarkan data UNESCO, persentase
minat baca di Indonesia adalah 0,001% atau 1 dari 1.000 orang. Mengutip dari World’s Most Literate
Nations Ranked oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 Indonesia menduduki
peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
.
Padahal islam sendir mengajarkan ummatnya supaya melek dengan pendidikan. Dalam literatur islam
Allah sangat menekankan seorang hamba untuk menuntut ilmu. Ini dibuktikan dengan turunnya wahyu
pertama kali (surat Al-Alaq 1-5 ) adalah perintah membaca. Dalam surat al-isra ayat 14 Allah
berfirman :Bacalah Kitabmu, Cukuplah dengan Dirimu pada hari ini engkau melakukan perhitungan.
Dalam Q. S Az-Zumar ayat 9 Allah berfirman :
بابللَا اولوا ركذتي امنا نوملعي لَ نيذلاو نوملعي نيذلا ىوتسي له لق
ࣖ
Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui
(hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima
pelajaran
Bahkan nabi pun mewajibkan bagi seorang muslim untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda nabi
بلط ملعلا ةضيرف لع لك ملسم
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam
Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Tidak sampai disitu, dalam rangka memberikan reward supaya orang banyak yang tertarik menuntut
ilmu, islam memberikan ganjaran yang besar bagi siapa saja yang mau bersungguh-sungguh dalam
mempelajari ilmu. . Dalam sebuah riwayat hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ةنجلا ىلإ اقيرط هب هل اللَّ لهس املع هيف سمتلي اقيرط كلس نمو
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Sesungguhnya penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai pun ikan-ikan yang
ada di lautan” (Shohih Al-Jaami’ (3914)).
Al mujadalah :11
Dikisahkan setelah Perang Badar, pasukan Kaum Musyrikin mengalami kekalahan sehingga banyak dari
mereka menjadi tawanan kaum Muslimin. Rasulullah memulai musyawarah untuk mencari tahu apa
yang akan dilakukan terhadap tawanan tersebut. Umar radhiyallahu’anhu mengusulkan agar para
tawanan dibunuh saja. Abu Bakar Ash Shidiq mengusulkan agar para tawanan dibebaskan saja. Dari
musyawarah yang menguras tenaga itu, didapat keputusan Rasulullah bahwa para tawanan dapat bebas
dengan syarat harus mengajarkan membaca dan menulis kepada anak-anak kaum Muslimin.Pada masa
Dinasti Abbasyiah, terdapat perpustakaan utama yaitu Baitul Hikmah yang memiliki ratusan ribu koleksi
buku. Ketika Baitul Hikmah menjadi pusat intelektual dunia, setiap karya tulis ditimbang kemudian
dihargai dengan emas sesuai dengan beratnya. Pada masa itu, koleksi buku dari berbagai bahasa dan
bidang keilmuan sangat banyak beredar di Baitul Hikmah.Selama pemerintahan al-Ma’mun,
observatorium astronomi didirikan, dan baitul hikmah adalah pusat yang tak tertandingi untuk studi
humaniora dan ilmu dalam Islam abad pertengahan, termasuk matematika, astronomi, kedokteran,
kimia, zoologi , geografi dan kartografi. Baitul hikmah juga menerjemahkan bahasa India, Yunani, dan
Persia kedalam bahasa Arab. Para ulama akumulasi koleksi besar pengetahuan dunia, dan dibangun
melalui penemuan mereka sendiri. Pada pertengahan abad kesembilan, Baitul hikmah adalah
perpustakaan terbesar di dunia
Pertanyaan yang muncul ialah mengapa kita tertinggal jauh padahal dulu islam pernah berjaya dengan
pendidikan?
Karena masih banyak dari kita menyepelekan pendidikan.
Banyak masyarakat kita yang berpendapat bahwa pendidikan hanyalah sebatas formalitas untuk
mendapatkan sebuah ijazah yang nanti digunakan untuk bekerja. Sehingga ketika masa studinya telah
usai, ia menjadi malas untuk belajar kembali.
Logika mistika kaum sebangsa yang masih kental dengan budaya kita juga sangat mempengaruhi cara
berpikir seseorang, dimana logika mistika ini merupakan cara berpikir yang menganggap bahwa segala
sesuatu disebabkan oleh pengaruh roh atau hal-hal gaib. Alih alih berusaha mempelajari sesuatu untuk
mengatasi problematikanya. Ia justru malah pasrah dengan hal tersebut dan menganggap mustahil
dilakukan karena hal tersebut berasal dari hal-hal yang tidak bisa dipecahkan oleh manusia. Kita ambil
contoh : ketika ada seseorang berdagang, namun dagangannya tidak pernah laku. Bukannya
mengevaluasi terhadap apa yang kurang dari dagangannya, justru ia menganggap bahwa penyebab
dagangannya tak laku berasal dari santet yang dikirimkan lawan bisnisnya.
Kemudian banyak dari masyarakat kita yang masih memandang sebelah mata pendidikan. Bahwa bagi
mereka pendidikan tak perlu. Pendidikan masih dipandang sebagai opsi ke dua artinya banyak yang
menganggap bahwa pendidikan bukan sesuatu yang penting bagi masa depan seseorang. Bahkan dalam
kampanye politik banyak orang yang lebih memilih makan siang gratis dibandingkan pendidikan gratis.
Saya pernah mendapatkan sebuah pengalaman yang menarik sekaligus menyayat hati. Pada suatu hari
ketika dalam sesi pembagian raport saya bertanya kepada salah seorang wali siswi ” Pak, nanti anaknya
kalau sudah lulus mau lanjut dimana? Dengan nada santai ia menjawab : paling deket rumah aja supaya
tidak jauh. Nanti kalau sudah lulus SMA biar langsung kerja aja atau langsung nikah, gak perlu kuliah.
Lagian perempuan ngapain kuliah toh ujung ujungnya cuman di dapur?. Subhanallah, jamaah. Padahal
perkembangan kemajuan islam tak lepas dari peran para muslimah yang mencintai ilmu pengetahuan.
Sebut saja fathimah Fatima al-Fehri. Siapa dia? Dialah yang membangun Masjid Qarawiyyin di Kota Fez,
Maroko, pada 859 M. Masjid tersebut ia bangun menggunakan uang yang diwariskan sang ayah,
Mohammed al-Fehri.
Selain dimanfaatkan untuk beribadah, Fatima pun menjadikan masjid ini sebagai lembaga pendidikan
umat. Tanpa disangka, lembaga pendidikan yang dirintis Fatima menjadi tujuan belajar para pelajar dari
seluruh dunia. Sebagian besar dari mereka tertarik mempelajari studi Islam, astronomi, bahasa, dan
matematika.
Saat ini, Masjid Qarawiyyin masih berdiri kokoh dan menjadi salah satu masjid tertua di dunia. Lembaga
pendidikan yang dirintis Fatima di masjid ini berabad silam pun digadang-gadang sebagai universitas
tertua di dunia setelah al azhar Cairo.
Kemudian Budaya scrolling HP yang overload masih sangat melekat dalam masyarakat kita. Ini
diperparah dengan adanya pembiaran orang tua terhadap anak anak mereka untuk menggunakan gawai
tanpa waktu yang ditentukan sehingga anak menjadi malas belajar atau membaca.
Maka dari itu. Kemajuan islam tak lepas dari peradaban kejayaannya menuntut ilmu. Dan oleh sebab itu
kita dituntut untuk bagaimana agar banyak orang yang tertarik untuk belajar, terutama literasi.
Lalu pertanyaan selanjutnya ialah : bagaimana kita menyemarakkan budaya literasi yang sudah
memudar pada era ini?
Tinggalkan Komentar